Kamis, 14 Oktober 2010

Ibu, Pendidik Pertama dan Utama

Ibu pendidik generasi
Bismillahhirrahmaanirrahiim..

Saya yakin semua pasti sudah bisa menebak siapa gerangan makhluk menakjubkan yang akan saya ceritakan. Yap, seorang bayi mungil! Saat pertama kali lahir ke dunia, tubuh dan wajahnya pucat kemerahan. Jari-jemarinya sangat kecil. Dia tampak masih rapuh. Dia membutuhkan kasih sayang dan perawatan ekstra. Dia juga membutuhkan pendidikan yang akan membentuk jiwanya kelak. Dengarkan tangisnya, begitu kencang, menggetarkan hati ibu yang berjuang melahirkannya.

Saya teringat sabda Rasulullah: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci, Islam). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi“ [HR. Bukhari Muslim]

Sungguh, anak-anak menjadi tanggung jawab kita, orang tua mereka. Tanggung jawab yang mulia ini utamanya diberikan kepada para ibu. Karena ibu adalah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak; sosok yang pertama mencurahkan kasih sayang, memberi rasa aman, yang dipercaya dan didengar oleh anak, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Karenanya, ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tugas ini tidak tergantikan (baik oleh para suami atau pengasuh), sebab Allah telah memberikan kemampuan melahirkan, mengandung, dan menyusui hanya kepada ibu (hanya dan hanya ibu yang mampu memberikan makanan terbaik (ASI) di awal kehidupan seorang anak untuk menjamin kelangsungan asupan gizinya). 

Pepatah mengatakan, tegak atau ambruknya sebuah negara tergantung pada tiang atau pilar penopangnya. Sedangkan perempuan (termasuk para ibu) diibaratkan seperti tiang negara. Maka menjadi sebuah keniscayaan bahwa peran ibu sangat menentukan masa depan masyarakat dan negara. Karena peran ini sangat signifikan dalam membentuk kualitas generasi mendatang.

Kedekatan fisik dan emosional yang demikian erat antara ibu dan anak sudah terjalin secara alamiah mulai masa mengandung, menyusui, dan pengasuhan. Saya pikir, kita semua para ibu merasakannya. Para ahli berpendapat, kedekatan fisik dan emosional merupakan aspek penting keberhasilan pendidikan anak. Kasih sayang ibu menjadi jaminan awal bagi kualitas tumbuh kembang anak. Di sinilah arti penting peran ibu terhadap pendidikan anak terutama di usia dini.

Untuk menjalankan peran yang tidak mudah ini, selain memberikan potensi khusus pada para ibu berupa rahim tempat mengandung, kemampuan menyusui, serta naluri keibuan yang telaten, yang kesemuanya tidak dimiliki kaum adam, Allah pun menetapkan hukum-hukum khusus pula bagi para ibi, seperti anjuran menyusui selama 2 tahun penuh, kewajiban pengasuhan sampai anak mampu mengurus dirinya sendiri, kebolehan berbuka shaum pada bulan Ramadhan bagi ibu hamil dan menyusui, tidak adanya kewajiban bekerja mencari nafkah, dan lainnya. 

Sungguh Mahabenar Allah yang telah menetapkan serangkaian hukum syara' bagi para ibu agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sehingga lahir generasi handal. Hukum-hukum tersebut di atas adalah untuk melindungi ibu agar tugas utamanya terlaksana, bukan untuk mengekang kebebasan berekspresi sebagaimana yang dituduhkan para feminis (insyaAllah akan dibahas lebih lanjut di topik lain). Karena kedudukan ibu beserta perannya adalah agung dan mulia sehingga pahala yang diberikan Allah bagi para ibu sebanding dengan pejuang di garis depan fii sabilillah. 

Btw, bagaimana dengan ibu bekerja? InsyaAllah akan dibahas dalam tulisan yang lain :) Yang menjadi poin penting dalam pembahasan ini adalah bahwa peran ibu sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya menjadi prioritas. Aktivitas lain yang tidak dilarang syara' tentu boleh dilakukan, asalkan tugas yang menjadi tanggung jawab ibu, yang bernilai ibadah dan pahala, yang menentukan masa depan bangsa, tidak ditinggalkan. Berbahagialah para ibu yang terus berupaya menunaikan tugas mulianya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan! :)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar