Rabu, 08 Februari 2012

Manusia Jumud Tergilas Jaman

Dari tahun ke tahun apa yang saya saksikan dan jalani bersama ibu-ibu komplek tak banyak berubah. Bahkan nyaris tak ada perubahan sama sekali. Statis. Mandeg.

Pertemuan sebulan sekali yang diisi dengan kocok arisan, pengumuman kegitan RT/RW dalam bulan itu (seperti kapan pelaksanaan posyandu dan posbindu), kemudian diakhiri dengan ngobrol dan makan-makan, serasa hambar bagi saya. Hanya itu-itu saja dan begitu-begitu saja.
                                             
Sebenarnya berulang kali saya sudah menyampaikan sekaligus menumpahkan semua kegelisahan dan kegundahan saya terhadap kondisi tersebut kepada bu RT. Saya ingin perubahan. Ingin agar agenda ibu-ibu yang notabene adalah pencetak generasi, bukan sekadar kumpul-kumpul, ngobrol bahkan ngerumpi (iih..), atau makan-makan saja. Saya ingin ada agenda khusus untuk meningkatkan kualitas berpikir juga kualitas hidup para ibu. Paling tidak ada sesuatu (ilmu, kesadaran, pemahaman) yang diperoleh para ibu ketika beracara. Saya juga sudah mengajak mereka berdiskusi bahkan saya menampilkan film dokumenter tentang peran strategis ibu dalam pendidikan anak saat arisan bertempat di kediaman saya. Tapi sampai saat ini nihil hasilnya.

Saya kecewa, sedih, dan kadang kesal, melihat betapa kerusakan generasi sudah tak terbendung. Sementara para ibu, tempat bersemainya generasi berkualitas, tenang-tenang saja. 

Kejumudan atau kondisi statis alias mandeg adalah hal paling berbahaya. Kenapa? Karena manusia yang tidak berkembang (pemikirannya, perilakunya) ke arah yang lebih baik sebenarnya telah mati jiwanya. Meski jasadnya masih bisa jalan-jalan, sesungguhnya dia telah tergilas jaman. Bahasa mudahnya, mengutip tulisan ust Jamil Az-Zaini, manusia tersebut telah menjadi barang rongsokan. Karena tak ada yang baru dalam dirinya, sementara realitas terus berkembang bahkan dalam sepersekian detik perubahan dunia bisa sangat drastis. Layaknya pager atau telegram yang dianggap sebagai teknologi hebat pada jamannya, kini telah menjadi rongsokan. Demikianlah gambaran manusia-manusia yang jumud.

Semoga kita dijauhkan dari sifat jumud. Rugi kalau hari ini kondisi kita sama dengan kemarin. Lebih-lebih jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, celakalah kita. Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Demikianlah sabda Rosulullah. Karenanya, teruslah memperbarui diri kita menjadi sosok yang lebih baik setiap hari.

2 komentar:

  1. kalau misalnya sudah termasuk manusia yg jumud gmn ya ki?

    BalasHapus
  2. Jumud BUKAN HARGA MATI. Selalu ada peluang & kesempatan unt berubah, krn mjd manusia jumud atau sebaliknya, mjd manusia dinamis, adalah PILIHAN HIDUP kt.
    Kalo ttp ga mau berubah bgmn? Ingat, Allah akan meminta pertanggungjawaban terhadap setiap pilihan yang kita ambil :)

    BalasHapus