Senin, 29 November 2010

Bayi pun Perlu Belajar

Belajar
Kehadiran anak bagi kita adalah anugerah yang tak ternilai. Betapa tidak, banyak pasangan yang bertahun, bahkan puluhan tahun mendambakan anak, belum kunjung mendapatkannya. Karenanya, anak sebagai karunia terindah, harus kita jaga, kita rawat, dan kita didik dengan sebaik-baiknya.

Allah mengingatkan, "Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (iman, ilmu, dan amal), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka (anak-anaknya), oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." [An-Nisaa': 9]

Sungguh, Islam sangat memperhatikan pendidikan anak, bahkan sejak usia dini. Saya merasa takjub dan syukur saat membaca tuntunan Islam dalam mendidik anak. Tuntunan yang pas, indah, dan tepat. Tuntunan ini bahkan ada sejak berabad lamanya sebelum penelitian terhadap tumbuh kembang anak dilakukan.




Rasulullah bersabda: "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang kubur." Ini menunjukkan pentingnya proses belajar sejak dini. Tidak hanya diawali ketika manusia terlahir ke dunia, namun juga saat janin berada dalam kandungan ibu.

Pada minggu ke-20 kehamilan ibu, organ pendengaran bayi telah terbentuk secara sempurna. Dengan pendengaran yang mulai berfungsi, bayi bergerak-gerak menimbulkan getaran-getaran halus yang hanya dapat dirasakan ibu. Dalam Islam, masa usia 20 minggu adalah masa di mana janin telah melewati saat peniupan ruh (nyawa). Sejak saat itulah selayaknya sang bunda memperlakukan janin sebagai manusia walaupun masih sangat muda, kecil, dan mungil. Ibu mulai menerapkan pendidikan yang Islami pada anaknya dengan membiasakan perilaku-perilaku terpuji, membaca Al-Qur'an, berbahasa santun dengan membelai bayi dalam perutnya, serta mengajaknya bicara.

Keika si mungil lahir, Islam mengajarkan untuk memperdengarkan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Inilah kalimat-kalimat pertama yang harus didengar oleh seorang anak.

Ibu juga harus lebih rutin memperdengarkan Al-Qur'an kepada bayinya. Pengenalan bahasa Al-Qur'an sejak dini akan berpengaruh pada kemampuan anak mempelajari Al-Qur'an, sementara Al-Qur'an adalah bahasa yang tertinggi, terfasih, dan terindah tiada banding. Anak yang diperkenalkan bahasa Al-Qur'an sejak bayi lebih mudah dalam mempelajari lafadz-lafadz Al-Qur'an dibanding mereka yang tidak pernah mengenalnya. Terbukti, saat lafadz-lafadz Al-Qur'an mulai diajarkan oleh ibu atau gurunya, kemampuan anak untuk meniru lebih baik dibanding anak lain yang jarang bahkan tidak pernah mendengarnya sejak bayi.

Ibu yang membiasakan melafadzkan doa ketika memulai  berbagai aktivitas juga meningkatkan kemampauan bahasa anak. Sejak dini hendaknya ibu mulai membiasakan anak berdo'a, seperti saat akan menyusu, selesai menyusu, akan tidur, bangun tidur, hendak bepergian, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, anak yang terbiasa mendengarkan doa sebelum menyusu memiliki kemampuan melafadzkan kalimat-kalimat doa lebih cepat, yakni pada usia yang sangat belia. Sekedar sharing, anak pertama saya sudah mampu melafadzkan doa-doa yang panjang sekalipun meski usianya belum genap tiga tahun, seperti doa untuk ayah-ibu, doa makan-minum, doa bepergian, dan lainnya. Alhamdulillah. Sungguh ibu, jerih payah kita dengan ijin Allah akan berbuah kebaikan, di dunia maupun di akhirat nanti :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar